Minggu, 17 April 2011

Bersinarlah Dalam Hati


    Wed, 23 Mar 2011

By: Wida Wahyuni

Akan selalu bersinar Bintang itu...

'Malam ini bintang banyak dan sangat memancarkan cahayanya' Oceh Adisa . Adisa umur 10 tahun yang selalu menetapkan keinginan untuk bisa seperti bintang yang mampu menyinari semua orang dengan kelebihannya. Setengah hari ia duduk dibangku 5 SD Neg Pongtiku Makassar . hanya belajar, membaca, dan berbakti yang ia lakukan setiap harinya. Menuliskan saat-saat dihari harinya dalam sebuah agenda kecilnya yang ia selalu lakukan ketika merasakan sakit seperti yang akhir ini ia nikmatkan dengan sulit.


Tak dapat ia selalu keluhkan semua risau yang ada kepada yang ia sayang, sedikitpun yang dia sesali tak pernah jua dia adukan kepada sanak kerabat yang ia cintai. Optimis agar dapat menyelesaikan 1 masalahpun yang telah biasa Adisa lakukan. Adisa sangat sayang kepada keluarganya hingga ia tak ingin melihat mereka sedih atas semua yang Adisa rasakaan. Adisa juga tau kalau orangtuanya itu sibuk demi kepentingan Adisa, Kakaknya pun tak ada waktu karena harus selalu mengurusi sekolahnya dan Band-nya, dengan penuh pengertian Adisa pun tak ingin menganggu mereka dengan menceritakan keluhan Adisa yang ia redupkan selama ini

Ketika Adisa merasakan sakitpun dibagian tubuhnya, ia hanya bisa menahan dan berusaha untuk tidak memanjakan itu. Hingga waktu selalu berlalu, kepala sakit dan rambut yang berontokan serta dada yang selalu dirasa sesak hanya bisa Adisa rasakan sendiri . Terkadang Adisa menyalahkan dirinya karena tak bisa dia menjadi anak yang hebat seperti anak yang lain yang memiliki kesehatan walafiat. 

Seperti biasanya di pagi hari ini Adisa harus bersiap-siap untuk kesekolah. mengenakan seragam merah-putih dan sarapan bersama keluarga yang ia sayangi kelak sudah, dan siaplah dia berangkat. 'pa,ma,kak, aku kesekolah yah doakan saya agar bisa kembali lagi kerumah ini' lantak suara Adisa sambil berlari . Keluarga Adisa tiba-tiba terbengong 'iyaa nak, kamu akan selalu kerumah ini karena ini rumahmu kenapa kamu bilang begitu' . 'Assalamu laikum' salam yang diucap Adisa tanpa menjawab pertanyaan mamanya .

'Kriiiiiing....kriiiing, Halo dengan siapa?' ucap pembantu rumah tangga Adisa

'Permisi ini dengan wali kelas Adisa, tiba-tiba saja saat pelajaran Matematika Adisa terjatuh pingsan dari tempat duduknya, sekarang kami larikan dia kerumah sakit Stella Maris karena UKS tidak tau harus berbuat apa lagi'

'Astagfirullah baiklah akan saya kabari kepada orangtua Adisa, Terima kasih ibu' jawab Pembantu itu.

Bergegaslah Mba' Aina yang berkerja di rumah Adisa sebagai pembantu ini ke kamar Ibu Adisa. Ia pun menyampaikan dengan suara pelan dan sedih kalau Adisa sedang dilarikan ke RS akibat jatuh pingsan yang sangat lemah dikelasnya. Begitu Ayah,Ibu, serta saudara Adisa mendengar bahwa ternyata Adisa mengidap penyakit Leukimia std.4 tak taulah mereka apa yang harus ia lakukan, dengan penuh sesal seorang ibunda yang tak pernah bertanya keluhan apa yang Adisa rasakan kini sedang memilu. 

Tak nyangka bahwa anak bungsunya yang rajin dan penuh pengertian ini sedang terkurung oleh penyakit yang begitu kejam, senyuman dan ceria Adisa hanyalah sebagai pagar yg menutupi luka nya. Kini seluruh keluarga Adisa tak berputuslah bertanya-tanya mengapa Adisa anak yang sangat patuh dan polos ini harus berhadapan dengan penyakit yang lebih kejam dari gigitan Harimau .

Time Dokter di RS tersebut terus menerus berusaha selama 1 minggu untuk menyelamatkan Adisa, mengingat umur yang sangat muda telah mengidap Leukimia ini pastilah keluarga Adisa tak henti pula berusahan berdoa agar operasi dari Tim DOkter berhasil. Dengan hentakan tangis yang sangat mengikuti alunan gundah ini dalam hati dan pikiran yang telah ditutupi embun sedih seluruh keluarga Adisa harus menerima kenyataan bahwa Adisa tak bisa didunia ini lagi, tak dapat lagi menghitung bintang setiap malam, sudah tak bisa lagi beria-ria dirumah dengan keluarganya.

Sehari telah hari wafat Adisa, Ibunda menemukan buku harian Adisa yang ditumpuki bintang-bintang buatan Adisa dari karton. Pada halaman tengah Agenda tersebut Ibunda adisa membaca.


~ paa, maa, kak Adnan maaf deh si Disa mah gak bisa jadi anak yang kuat. Kepalaku tiap hari aja sakit meluluu apalagi nih rambut rontokkan mulu. Maaf yah paa;maa;kak gak bisa menjadi bintang buat kalian. Tapi kalo Adisa jauh pasti Adisa bisa menjadi bintang yang paaaling bersinar dihati kalian. Aku sayang kalian. Maafyah Adisa harus meninggalkan kalian, nih ada bintang kecil dari Disa buat kalian ~

Sesak air mata beraliran di pipi Ibunda Adisa saat membacanya .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar